Anda tentu sering mendengar istilah 'psikolog', entah itu di
berita televisi, radio, atau ketika kita membaca harian cetak (koran, majalah,
dsb). Profesi 'psikolog' seringkali dihubungkan dengan berbagai masalah-masalah
sosial, mulai dari kasus anak, perkawinan, dan sebagainya. Tidak jarang pula,
bagi orang awam khususnya, muncul pertanyaan, siapa mereka itu? Seorang
dokterkah? Atau siapa...
Siapakah Psikolog Itu ?
Dari segi definisi, dapat dijelaskan bahwa psikolog adalah seorang sarjana psikologi yang telah menempuh studi program akademik (sarjana) dan melanjutkan pada program profesi psikolog. Lantas apa yang menjadi perhatian atau fokus utama dari seorang psikolog? Psikologi sendiri merupakan suatu ilmu mengenai perilaku manusia. Dengan demikian, keahlian seorang psikolog adalah menganalisa perilaku dalam upaya untuk memahami karakter individu maupun kelompok. Lebih sederhananya, bila seorang dokter dekat dengan masalah kesehatan fisik, maka segala hal yang terkait dengan perilaku manusia merupakan hal yang dipelajari oleh seorang psikolog.
Lalu, pertanyaan selanjutnya, perilaku-perilaku macam apa yang menjadi perhatian dari para psikolog? Manusia tidak pernah lepas dari tiga aspek, yaitu pikiran, perasaan, dan juga tingkah laku. Seorang psikolog akan berupaya untuk memahami bagaimana manusia berpikir, bagaimana perasaannya dan bagaimana pula mereka menunjukkan perilaku ketika menghadapi situasi tertentu. Contoh nyatanya begini, sebutlah seorang anak bernama A, usia 5 tahun berjenis kelamin laki-laki. Orang tua A sering dibuat pusing oleh perilaku A yang dinilai sangat nakal dan suka mengganggu teman-temannya. Tidak jarang pula orang tua A marah dan menghukum A manakala A menunjukkan perilaku yang dianggap melanggar aturan. Dari contoh kasus ini, dimana letak peran seorang psikolog? Dengan bekal pendidikan dan pengalaman menangani kasus-kasus serupa, seorang psikolog dapat menjelaskan mengapa A berperilaku tidak seperti yang diharapkan oleh orang tuanya, dan seorang psikolog pun dapat memahami mengapa orang tua dapat bersikap marah atau menghukum A atas perilakunya itu. Dari sini pula, seorang psikolog biasanya memberikan gambaran mengenai perilaku anak dalam usia perkembangannya serta memberikan tips atau kiat-kiat bagi para orang tua dalam menghadapi perilaku anak. Namun demikian hal yang perlu diingat adalah bahwa seorang psikolog bukanlah sosok ahli yang dapat memecahkan setiap masalah, melainkan seseorang dengan bekal pendidikannya yang mampu melihat masalah dari sudut pandang yang lain. Contoh diatas barulah satu dari sekian banyak perilaku manusia, baik itu pada anak-anak, remaja, dewasa, maupun para lanjut usia (lansia).
Hal-hal Keliru Tentang Psikolog
Tidak jarang, orang-orang
menganggap psikolog sebagai peramal, orang yang ahli memecahkan masalah atau
bahkan dianggap sebagai dokter yang menangani pasien sakit jiwa. Terkait dengan
adanya penilaian yang keliru tentang profesi psikolog yang identik dengan
masalah kejiwaan, hal ini membuat orang menjadi enggan untuk menemui psikolog
karena takut dianggap 'gila' oleh orang lain.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, peran psikolog adalah membantu memahami perilaku manusia, apapun bentuk perilaku itu, jadi tidak hanya sebatas masalah kejiwaan saja. Justru bila hal tersebut berkaitan dengan masalah kejiwaan, profesi yang dinilai lebih ahli adalah psikiater (sebutan untuk dokter yang mengambil spesialisasi kejiwaan).
Apa Tugas Seorang Psikolog ?
Tugas atau peran dari seorang psikolog tergantung pada tempat dimana mereka bekerja. Misalnya saja seorang psikolog klinis, biasanya bekerja disebuah rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, puskesmas, atau membuka praktek sama halnya dengan para dokter. Seorang psikolog klinis mempunyai peran untuk melakukan upaya penyembuhan atau pencegahan terhadap munculnya gangguan jiwa. Kemudian peran lainnya adalah membentuk perilaku sehat secara perorangan maupun dalam kelompok serta meningkatkan perkembangan jiwa dan kualitas hidup individu dan kelompok. Masalah-masalah seperti kecemasan, tidak percaya diri, kenakalan remaja, bagaimana membentuk keluarga yang harmonis, atau masalah anak seperti yang dijelaskan sebelumnya juga merupakan kasus-kasus yang dapat ditangani oleh psikolog.
Selain psikolog klinis, terdapat pula psikolog industri organisasi. Sesuai sebutannya, psikolog ini memiliki keahlian dalam hal industri/organisasi dimana biasanya mereka bertugas pada divisi Sumber Daya Manusia (SDM) dari suatu perusahaan. Peran dari psikolog industri organisasi antara lain melakukan proses rekruitmen karyawan, mengembangkan sumber daya perusahaan (misal dengan mengadakan pelatihan internal untuk karyawan), merancang dan mengevaluasi sistem kebijakan perusahaan, hingga melakukan proses evaluasi kinerja karyawan.
Psikolog lainnya adalah psikolog pendidikan, yang biasanya ditempatkan di sekolah-sekolah umum maupun swasta dari berbagai jenjang (play group hingga SMA). Psikolog pendidikan memiliki andil dalam merancang kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan usia perkembangan anak. Selain itu, psikolog pendidikan berperan untuk senantiasa memonitor perilaku anak didik di lingkungan sekolah, keluarga ataupun masyarakat melalui komunikasi dua arah dengan orang tua anak.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, peran psikolog adalah membantu memahami perilaku manusia, apapun bentuk perilaku itu, jadi tidak hanya sebatas masalah kejiwaan saja. Justru bila hal tersebut berkaitan dengan masalah kejiwaan, profesi yang dinilai lebih ahli adalah psikiater (sebutan untuk dokter yang mengambil spesialisasi kejiwaan).
Apa Tugas Seorang Psikolog ?
Tugas atau peran dari seorang psikolog tergantung pada tempat dimana mereka bekerja. Misalnya saja seorang psikolog klinis, biasanya bekerja disebuah rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, puskesmas, atau membuka praktek sama halnya dengan para dokter. Seorang psikolog klinis mempunyai peran untuk melakukan upaya penyembuhan atau pencegahan terhadap munculnya gangguan jiwa. Kemudian peran lainnya adalah membentuk perilaku sehat secara perorangan maupun dalam kelompok serta meningkatkan perkembangan jiwa dan kualitas hidup individu dan kelompok. Masalah-masalah seperti kecemasan, tidak percaya diri, kenakalan remaja, bagaimana membentuk keluarga yang harmonis, atau masalah anak seperti yang dijelaskan sebelumnya juga merupakan kasus-kasus yang dapat ditangani oleh psikolog.
Selain psikolog klinis, terdapat pula psikolog industri organisasi. Sesuai sebutannya, psikolog ini memiliki keahlian dalam hal industri/organisasi dimana biasanya mereka bertugas pada divisi Sumber Daya Manusia (SDM) dari suatu perusahaan. Peran dari psikolog industri organisasi antara lain melakukan proses rekruitmen karyawan, mengembangkan sumber daya perusahaan (misal dengan mengadakan pelatihan internal untuk karyawan), merancang dan mengevaluasi sistem kebijakan perusahaan, hingga melakukan proses evaluasi kinerja karyawan.
Psikolog lainnya adalah psikolog pendidikan, yang biasanya ditempatkan di sekolah-sekolah umum maupun swasta dari berbagai jenjang (play group hingga SMA). Psikolog pendidikan memiliki andil dalam merancang kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan usia perkembangan anak. Selain itu, psikolog pendidikan berperan untuk senantiasa memonitor perilaku anak didik di lingkungan sekolah, keluarga ataupun masyarakat melalui komunikasi dua arah dengan orang tua anak.
Bagaimana Cara Psikolog Bekerja ?
Bila seorang dokter menggunakan
alat seperti jarum suntik, stetoskop, atau memberikan obat atas penyakit
pasien, seorang psikolog bekerja dengan cara yang sederhana yaitu mengajak
klien berbicara. Inilah yang disebut dengan konsultasi, seseorang datang
menemui psikolog, kemudian bila mereka tengah menghadapi suatu masalah,
psikolog akan mendengarkan - kemampuan
yang harus dimiliki psikolog, dan memahami keadaan klien serta
bersama-sama akan diupayakan jalan keluar atas masalah tersebut. Selain
konsultasi, psikolog terkadang menggunakan berbagai alat tes (misalnya tes IQ)
dalam rangka melengkapi data tentang pasien.
Cara lain adalah dengan melalui pemberian penyuluhan maupun seminar pada masyarakat. Dalam setting klinis misalnya, metode tersebut kerap dilakukan oleh psikolog bekerja sama dengan para dokter, maupun pihak lain yang berhubungan dengan masalah peningkatan kesehatan masyarakat. Mungkin diantara Anda ada yang pernah mengikuti penyuluhan ataupun seminar yang membahas mengenai penyakit AIDS, narkoba, dan lain-lain.
Demikian penjelasan singkat mengenai siapa dan bagaimana peran psikolog dalam masyarakat. Anda tidak perlu terpengaruh dengan adanya anggapan bahwa menemui psikolog berarti mengalami gangguan jiwa, karena ada banyak hal yang menjadi perhatian para psikolog, baik itu di lingkungan pelayanan kesehatan, perusahaan, maupun sekolah. Jadikanlah para psikolog sebagai sosok sahabat untuk berbagi suka dan duka serta tempat bertanya tentang banyak hal, mulai dari masalah anak, remaja, dewasa dan lansia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup pribadi maupun kelompok (ah).
Cara lain adalah dengan melalui pemberian penyuluhan maupun seminar pada masyarakat. Dalam setting klinis misalnya, metode tersebut kerap dilakukan oleh psikolog bekerja sama dengan para dokter, maupun pihak lain yang berhubungan dengan masalah peningkatan kesehatan masyarakat. Mungkin diantara Anda ada yang pernah mengikuti penyuluhan ataupun seminar yang membahas mengenai penyakit AIDS, narkoba, dan lain-lain.
Demikian penjelasan singkat mengenai siapa dan bagaimana peran psikolog dalam masyarakat. Anda tidak perlu terpengaruh dengan adanya anggapan bahwa menemui psikolog berarti mengalami gangguan jiwa, karena ada banyak hal yang menjadi perhatian para psikolog, baik itu di lingkungan pelayanan kesehatan, perusahaan, maupun sekolah. Jadikanlah para psikolog sebagai sosok sahabat untuk berbagi suka dan duka serta tempat bertanya tentang banyak hal, mulai dari masalah anak, remaja, dewasa dan lansia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup pribadi maupun kelompok (ah).
Apa sebenarnya yang disebut
hiperaktif itu ? Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah dikenal sejak sekitar
tahun 1900 di tengah dunia medis. Pada perkembangan selanjutnya mulai muncul
istilah ADHD (Attention
Deficit/Hyperactivity disorder). Untuk dapat disebut memiliki gangguan
hiperaktif, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang
anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif.
Inatensi
Inatensi
atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak
dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu
mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih
perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
Hiperaktif
Gejala
hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan
tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan
berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu,
ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
Impulsif
Gejala
impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam
dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan
tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan.
Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan
sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela
pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak
juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari
impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang
membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selain
ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada
beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan
terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya
dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.
Problem-problem yang biasa dialami oleh anak
hiperaktif
- Problem di sekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa - Problem di rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak. - Problem berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat. - Problem fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.
Berikut ini
adalah faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
Faktor neurologik
- Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif
- Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi
- Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan
Faktor toksik
Beberapa
zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk
membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead)
dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi
alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak
hiperaktif.
Faktor genetik
Didapatkan
korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak
hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa
kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak
kembar.
Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak
hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua
dengan anaknya.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk
mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
- Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
- Kenali kelebihan dan bakat anak
- Membantu anak dalam bersosialisasi
- Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak
- Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
- Menerima keterbatasan anak
- Membangkitkan rasa percaya diri anak
- Dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
Disamping
itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan
orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila
suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang
pernah diberikan orang tua sebelumnya.
Mengenal Autisme
Banyak sekali definisi yang beredar tentang apa itu Autisme. Tetapi secara garis besar, Autisme, adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak biasa disebut dengan Autisme Infantil.
Banyak sekali definisi yang beredar tentang apa itu Autisme. Tetapi secara garis besar, Autisme, adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak biasa disebut dengan Autisme Infantil.
Schizophrenia juga merupakan gangguan yang membuat seseorang
menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri :
berbicara, tertawa, menangis, dan marah-marah sendiri.
Tetapi
ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari Autisme pada penderita
Schizophrenia dan penyandang autisme infantil. Schizophrenia disebabkan oleh
proses regresi karena penyakit jiwa, sedangkan pada anak-anak penyandang
autisme infantil terdapat kegagalan perkembangan.
Gejala
autisme infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak,
gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang Ibu yang sangat cermat
memantau perkembangan anaknya sudah akan melihat beberapa keganjilan sebelum
anaknya mencapai usia 1 tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya atau
sangat kurangnya tatap mata.
Untuk
memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak, digunakan standar
internasional tentang autisme. ICD-10
(International Classification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic and
Statistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk Autisme
Infantil yang isinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh dunia. Kriteria
tersebut adalah :
Harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3),
dengan minimal 2 gejala dari (1) dan masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3).
(1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal
harus ada 2 dari gejala di bawah ini :
- Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai : kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang tertuju
- Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
- Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain)
- Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik
(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1 dari
gejala di bawah ini :
- Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal
- Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi
- Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang
- Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru
(3) Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku,
minat, dan kegiatan. Minimal harus ada 1 dari gejala di bawah ini :
- Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan
- Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya
- Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang
- Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda
Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau
gangguan dalam bidang (1) interaksi sosial, (2) bicara dan berbahasa, dan (3)
cara bermain yang monoton, kurang variatif.
Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan
Disintegratif Masa Kanak.
Namun
kemungkinan kesalahan diagnosis selalu ada, terutama pada autisme ringan. Hal
ini biasanya disebabkan karena adanya gangguan atau penyakit lain yang
menyertai gangguan autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau
hiperaktivitas.
Autisme
memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari berat tidaknya
gangguan yang ada. Berdasarkan kabar terakhir, di Indonesia ada 2 penyandang
autis yang berhasil disembuhkan, dan kini dapat hidup dengan normal dan
berprestasi. Di Amerika, di mana penyandang autisme ditangani secara lebih
serius, persentase kesembuhan lebih besar.
Mengenal Schizophrenia
Meskipun definisi yang pasti tentang Schizophrenia selalu menjadi perdebatan para ahli, terdapat indikasi yang semakin nyata bahwa Schizophrenia adalah sebuah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Dalam buku The Broken Brain : The Biological Revolution in Psychiatry yang ditulis oleh Dr. Nancy Andreasen, dikatakan bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan Schizophrenia merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor itu meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan faktor genetik.
Meskipun definisi yang pasti tentang Schizophrenia selalu menjadi perdebatan para ahli, terdapat indikasi yang semakin nyata bahwa Schizophrenia adalah sebuah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Dalam buku The Broken Brain : The Biological Revolution in Psychiatry yang ditulis oleh Dr. Nancy Andreasen, dikatakan bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan Schizophrenia merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor itu meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan faktor genetik.
Di dalam
otak terdapat milyaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat untuk
meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel yang lain. Sambungan sel
tersebut melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitters yang membawa pesan dari ujung sambungan sel yang
satu ke ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak yang terserang
schizophrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi
tersebut.
Bagi
keluarga dengan penderita schizophrenia di dalamnya, akan mengerti dengan jelas
apa yang dialami penderita schizophrenia dengan membandingkan otak dengan
telepon. Pada orang yang normal, sistem switch pada otak bekerja dengan normal.
Sinyal-sinyal persepsi yang datang dikirim kembali dengan sempurna tanpa ada
gangguan sehingga menghasilkan perasaan, pemikiran, dan akhirnya melakukan
tindakan sesuai kebutuhan saat itu. Pada otak penderita schizophrenia,
sinyal-sinyal yang dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencapai
sambungan sel yang dituju.
Schizophrenia
terbentuk secara bertahap dimana keluarga maupun penderita tidak menyadari ada
sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama. Kerusakan
yang perlahan-lahan ini yang akhirnya menjadi schizophrenia yang tersembunyi
dan berbahaya. Gejala yang timbul secara perlahan-lahan ini bisa saja menjadi
schizophrenia akut. Periode schizophrenia akut adalah gangguan yang singkat dan
kuat, yang meliputi halusinasi, penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan
berpikir.
Kadang
kala schizophrenia menyerang secara tiba-tiba. Perubahan perilaku yang sangat
dramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Serangan yang mendadak selalu
memicu terjadinya periode akut secara cepat. Beberapa penderita mengalami
gangguan seumur hidup, tapi banyak juga yang bisa kembali hidup secara normal
dalam periode akut tersebut. Kebanyakan didapati bahwa mereka dikucilkan,
menderita depresi yang hebat, dan tidak dapat berfungsi sebagaimana layaknya
orang normal dalam lingkungannya.
Dalam
beberapa kasus, serangan dapat meningkat menjadi apa yang disebut schizophrenia kronis. Penderita
menjadi buas, kehilangan karakter sebagai manusia dalam kehidupan sosial, tidak
memiliki motivasi sama sekali, depresi, dan tidak memiliki kepekaan tentang
perasaannya sendiri.
Para Psikiater membedakan gejala serangan schizophrenia menjadi 2, yaitu
gejala positif dan negatif.
Gejala positif
Halusinasi
selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu
menginterpretasikan dan merespon pesan atau rangsangan yang datang. Penderita
schizophrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang
sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada
tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala yang biasanya timbul, yaitu penderita
merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan menyejukkan
hati, memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu
yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri.
Penyesatan
pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam menginterpretasikan sesuatu
yang kadang berlawanan dengan kenyataan. Misalnya, pada penderita
schizophrenia, lampu trafik di jalan raya yang berwarna merah kuning hijau,
dianggap sebagai suatu isyarat dari luar angkasa. Beberapa penderita
schizophrenia berubah menjadi seorang paranoid. Mereka selalu merasa sedang
diamat-amati, diintai, atau hendak diserang.
Kegagalan
berpikir mengarah kepada masalah dimana penderita schizophrenia tidak mampu
memproses dan mengatur pikirannya. Kebanyakan penderita tidak mampu memahami
hubungan antara kenyataan dan logika. Karena penderita schizophrenia tidak
mampu mengatur pikirannya membuat mereka berbicara secara serampangan dan tidak
bisa ditangkap secara logika. Ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkan
ketidakmampuan mengendalikan emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang penderita
schizophrenia tertawa sendiri atau berbicara sendiri dengan keras tanpa
mempedulikan sekelilingnya.
Semua itu
membuat penderita schizophrenia tidak bisa memahami siapa dirinya, tidak
berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu manusia. Dia juga tidak bisa
mengerti kapan dia lahir, dimana dia berada, dan sebagainya.
Gejala negatif
Penderita
schizophrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan
minat dalam hidup yang membuat penderita menjadi orang yang malas. Karena
penderita schizophrenia hanya memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisa
melakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan.
Perasaan
yang tumpul membuat emosi penderita schizophrenia menjadi datar. Penderita
schizophrenia tidak memiliki ekspresi baik dari raut muka maupun gerakan
tangannya, seakan-akan dia tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti
bahwa penderita schizophrenia tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka
mungkin bisa menerima pemberian dan perhatian orang lain, tetapi tidak bisa
mengekspresikan perasaan mereka.
Depresi
yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadi bagian
dari hidup penderita schizophrenia. Mereka tidak merasa memiliki perilaku yang
menyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang lain, dan tidak
mengenal cinta. Perasaan depresi adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Di
samping itu, perubahan otak secara biologis juga memberi andil dalam depresi.
Depresi
yang berkelanjutan akan membuat penderita schizophrenia menarik diri dari
lingkungannya. Mereka selalu merasa aman bila sendirian.
Dalam
beberapa kasus, schizophrenia menyerang manusia usia muda antara 15 hingga 30
tahun, tetapi serangan kebanyakan terjadi pada usia 40 tahun ke atas.
Schizophrenia bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras,
maupun tingkat sosial ekonomi. Diperkirakan penderita schizophrenia sebanyak 1
% dari jumlah manusia yang ada di bumi.
Schizophrenia
tidak bisa disembuhkan sampai sekarang. Tetapi dengan bantuan Psikiater dan
obat-obatan, schizophrenia dapat dikontrol. Pemulihan memang kadang terjadi,
tetapi tidak bisa diprediksikan. Dalam beberapa kasus, penderita menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Keringanan gejala selalu nampak dalam 2 tahun pertama
setelah penderita diobati, dan berangsur-angsur menjadi jarang setelah 5 tahun
pengobatan. Pada umur yang lanjut, di atas 40 tahun, kehidupan penderita
schizophrenia yang diobati akan semakin baik, dosis obat yang diberikan akan
semakin berkurang, dan frekuensi pengobatan akan semakin jarang.
Hidup manusia ditandai oleh
usaha-usaha pemenuhan kebutuhan, baik fisik, mental-emosional, material maupun
spiritual. Bila kebutuhan dapat dipenuhi dengan baik, berarti tercapai
keseimbangan dan kepuasan. Tetapi pada kenyataannya seringkali usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan tersebut mendapat banyak rintangan dan hambatan.
Tekanan-tekanan
dan kesulitan-kesulitan hidup ini sering membawa manusia berada dalam keadaan
stress. Stress dapat dialami oleh segala lapisan umur.
Stress
dapat bersifat fisik, biologis dan psikologis. Kuman-kuman penyakit yang
menyerang tubuh manusia menimbulkan stress biologis yang menimbulkan berbagai
reaksi pertahanan tubuh. Sedangkan stress psikologis dapat bersumber dari
beberapa hal yang dapat menimbulkan gangguan rasa sejahtera dan keseimbangan
hidup.
SUMBER STRESS
Sumber
stress dapat digolongkan dalam bentuk-bentuk:
1. Krisis
Krisis
adalah perubahan/peristiwa yang timbul mendadak dan menggoncangkan keseimbangan
seseorang diluar jangkauan daya penyesuaian sehari-hari. Misalnya: krisis di
bidang usaha, hubungan keluarga dan sebagainya.
2. Frutrasi
Frustrasi
adaah kegagalan dalam usaha pemuasan kebutuhan-kebutuhan/dorongan naluri,
sehingga timbul kekecewaan. Frutrasi timbul bila niat atau usaha seseorang
terhalang oleh rintangan-rintangan (dari luar: kelaparan, kemarau, kematian,
dan sebagainya dan dari dalam: lelah, cacat mental, rasa rendah diri dan
sebagainya) yang menghambat kemajuan suatu cita-cita yang hendak dicapainya.
3. Konflik
Konflik
adalah pertentangan antara 2 keinginan/dorongan yaitu antara kekuatan dorongan
naluri dan kekuatan yang mengenalikan dorongan-dorongan naluri tersebut.
4. Tekanan
Stress
dapat ditimbulkan tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang besar
yang harus ditanggungnya. (Dari dalam diri sendiri: cita-cita, kepala keluarga,
dan sebagainya dan dari luar: istri yang terlalu menuntut, orangtua yang
menginginkan anaknya berprestasi).
AKIBAT STRESS
Akibat
stress tergantung dari reaksi seseorang terhadap stress. Umumnya stress yang
berlarut-larut menimbulkan perasaan cemas, takut, tertekan, kehilangan rasa
aman, harga diri terancam, gelisah, keluar keringat dingin, jantung sering
berdebar-debar, pusing, sulit atau suka makan dan sulit tidur). Kecemasan yang
berat dan berlangsung lama akan menurunkan kemampuan dan efisiensi seseorang
dalam menjalankan fungsi-fungsi hidupnya dan pada akhirnya dapat menimbulkan
berbagai macam gangguan jiwa.
REAKSI TERHADAP STRESS
Reaksi
seseorang terhadap stress berbeda-beda tergantung dari:
1. Tingkat kedewasaan kepribadian
2. Pendidikan dan pengalaman hidup seseorang
1. Tingkat kedewasaan kepribadian
2. Pendidikan dan pengalaman hidup seseorang
Reaksi
psikologis yang mungkin timbul dalam menghadapi stress:
1. menghadapi langsung dengan segala resikonya.
2. menarik diri dan tak tahu menahu tentang persoalan yang dihadapinya/lari dari kenyataan.
3. menggunakan mekanisme pertahanan diri.
1. menghadapi langsung dengan segala resikonya.
2. menarik diri dan tak tahu menahu tentang persoalan yang dihadapinya/lari dari kenyataan.
3. menggunakan mekanisme pertahanan diri.
PENANGGULANGAN STRESS
- Mengenal dan menyadari sumber-sumber stress.
- Membina kedewasaan kepribadian melalui pendidikan dan pengalaman hidup.
- Mengembangan hidup sehat. Antara lain dengan cara: merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, tidak tergesa-gesa ingin mencapai keinginannya, menyadari perbedaan antara keinginan dan kebutuhan, dan sebagain
- ya.
- Mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk segala sesuatu yang terjadi dengan tetap beriman kepadaNYa.
- Minta bimbingan kepada sahabat dekat, orang-orang yang lebih dewasa, psikolog, orang yang dewasa rohaninya, dan sebagainya).
- Hindarkan sikap-sikap negatif antara lain: memberontak terhadap keadaan, sikap apatis, marah-marah. Hal-hal tersebut tidak menyelesaikan masalah tetapi justru membuka masalah baru.
Selamat
mencoba ..........
Kita tentu sering sekali
mendengar istilah persepsi, ilusi, maupun halusinasi. Pada ilmu kejiwaan,
kata-kata tersebut sangat akrab bagi mereka yang berkecimpung di dalamnya. Tapi
apa sebenarnya persepsi, ilusi, dan halusinasi ditinjau dari sisi kejiwaan ?
Persepsi adalah hasil interaksi antara dua faktor, yaitu
faktor rangsangan sensorik yang tertuju kepada individu atau seseorang dan
faktor pengaruh yang mengatur atau mengolah rangsangan itu secara intra-psikis. faktor-faktor pengaruh
itu dapat bersifat biologis, sosial, dan psikologis. Karena adanya proses
pengaruh-mempengaruhi antara kedua faktor tadi, di mana di dalamnya bergabung
pula proses asosiasi, maka terjadilah suatu hasil interaksi tertentu yang
bersifat "gambaran psikis".
Ilusi adalah
suatu persepsi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca indera yang
ditafsirkan secara salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang
salah dari suatu rangsangan pada panca indera. Sebagai contoh, seorang
penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat meng-interpretasikan suara
gemerisik daun-daun sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terjadi pada
saat terjadinya ketakutan yang luar biasa pada penderita atau karena intoksikasi, baik yang disebabkan oleh
racun, infeksi, maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif.
Ilusi
terjadi dalam bermacam-macam bentuk, yaitu ilusi visual (penglihatan), akustik
(pendengaran), olfaktorik (pembauan), gustatorik (pengecapan), dan ilusi taktil
(perabaan).
Halusinasi adalah persepsi panca indera yang terjadi tanpa
adanya rangsangan pada reseptor-reseptor panca indera. Dengan kata lain,
halusinasi adalah persepsi tanpa obyek.
Halusinasi
merupakan suatu gejala penyakit kejiwaan yang gawat (serius). Individu
mendengar suara tanpa adanya rangsangan akustik. Individu melihat sesuatu tanpa
adanya rangsangan visual, membau sesuatu tanpa adanya rangsangan dari indera
penciuman.
Halusinasi
sering dijumpai pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba. Halusinasi juga dapat
terjadi pada orang normal, yaitu halusinasi yang terjadi pada saat pergantian
antara waktu tidur dan waktu bangun. Hal ini disebut halusinasi hypnagogik.
Bermacam-macan bentuk halusinasi
Halusinasi akustik (pendengaran)
Halusinasi ini sering berbentuk :
Halusinasi ini sering berbentuk :
- Akoasma, yaitu suara-suara yang kacau balau yang tidak dapat dibedakan secara tegas
- Phonema, yaitu suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti yang berasal dari manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata atau kalimat kalimat tertentu
Halusinasi visual (penglihatan)
Penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi visual sering menimbulkan ketakutan yang hebat pada penderita.
Penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi visual sering menimbulkan ketakutan yang hebat pada penderita.
Halusinasi olfaktorik (pembauan)
Penderita membau sesuatu yang tidak dia sukai. Halusinasi ini merupakan gambaran dari perasaan bersalah penderitanya.
Penderita membau sesuatu yang tidak dia sukai. Halusinasi ini merupakan gambaran dari perasaan bersalah penderitanya.
Halusinasi gustatorik (pengecap)
Halusinasi gustatorik murni jarang dijumpai, tetapi sering terjadi bersama-sama dengan halusinasi olfaktorik.
Halusinasi gustatorik murni jarang dijumpai, tetapi sering terjadi bersama-sama dengan halusinasi olfaktorik.
Halusinasi taktil (perabaan)
Halusinasi ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat terlarang.
Halusinasi ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat terlarang.
Halusinasi haptik
Halusinasi ini merupakan suatu persepsi, di mana seolah-olah tubuh penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain. Seringkali halusinasi haptik ini bercorak seksual, dan sangat sering dijumpai pada pencandu narkoba.
Halusinasi ini merupakan suatu persepsi, di mana seolah-olah tubuh penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain. Seringkali halusinasi haptik ini bercorak seksual, dan sangat sering dijumpai pada pencandu narkoba.
Halusinasi kinestetik
Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering terjadi pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba.
Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering terjadi pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba.
Halusinasi autoskopi
Penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya.
Penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya.
Penderita
Schizophrenia sangat perlu dikasihani karena penderitaan yang dialaminya.
Tetapi mengapa banyak orang memilih untuk mengubah hidupnya yang indah dan
berharga dengan memakai narkoba dan mengalami berbagai macam gangguan kejiwaan
yang serius ? Tak seorangpun yang tahu ...
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan
mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu,
inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan
dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir
rasional itu.
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi adalah :
Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian
membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50.
Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi,
sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka
berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya
0,10 - 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar
yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi,
walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
Faktor lingkungan
Walaupun
ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan
sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya
tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi
yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif
emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.
Inteligensi dan IQ
Orang
seringkali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini
mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Arti inteligensi sudah
dijelaskan di depan, sedangkan IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan
demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan
seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Skor IQ
mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental (Mental Age) dengan
umur kronologik (Chronological Age). Bila kemampuan individu dalam memecahkan
persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut
sama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat
itu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. Skor ini kemudian dikalikan
100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Tetapi kemudian timbul masalah
karena setelah otak mencapai kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi, bahkan
pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.
Pengukuran Inteligensi
Pada
tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal
Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk
mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang
kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes
Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun
1916, Lewis Terman, seorang
psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon.
Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan
sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil
perbaikan ini disebut Tes
Stanford_Binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh
seorang psikolog Jerman yang bernama William
Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ.
Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak
sampai usia 13 tahun.
Salah
satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu
terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya
terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri
dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence).
Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale)
untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler
Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
Di
samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang
lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut
dibuat.
Inteligensi dan Bakat
Inteligensi
merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat
kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini
memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya
pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu
latihan. Inilah yang disebut Bakat
atau Aptitude. Karena suatu tes
inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini,
maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
Alat yang
digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude
test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada
bidang tertentu dinamakan Scholastic
Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari
Scholastic Aptitude Test adalah tes
Potensi Akademik (TPA) dan Graduate
Record Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test
atau Interest Inventory adalah Differential
Aptitude Test (DAT) dan Kuder
Occupational Interest Survey.
Inteligensi dan Kreativitas
Kreativitas
merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga
merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan
antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang
memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang
bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari
berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti
oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak
selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ
tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi,
ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
Para ahli
telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen,
yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi
yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk
mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen,
yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis
berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan
tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir
divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan
yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.
Selama ini banyak orang menganggap
bahwa jika seseorang memiliki tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi,
maka orang tersebut memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar
di banding orang lain. Pada kenyataannya, ada banyak kasus di mana seseorang
yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi tersisih dari orang
lain yang tingkat kecerdasan intelektualnya lebih rendah. Ternyata IQ
(Intelligence Quotient) yang tinggi tidak menjamin seseorang akan meraih
kesuksesan.
Daniel Goleman, seorang profesor dari Universitas Harvard
menjelaskan bahwa ada ukuran/patokan lain yang menentukan tingkat kesuksesan
seseorang. Dalam bukunya yang terkenal, Emotional Intelligence, membuktikan
bahwa tingkat emosional manusia lebih mampu memperlihatkan kesuksesan seseorang.
Intelligence
Quotient (IQ) tidak dapat berkembang. Jika seseorang terlahir dengan kondisi IQ
sedang, maka IQ-nya tidak pernah bisa bertambah maupun berkurang. Artinya, jika
seseorang terlahir dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cukup, percuma saja
dia mencoba dengan segala cara untuk mendapatkan IQ yang superior (jenius),
begitu pula sebaliknya. Tetapi, Emotional Quotient(EQ) dapat dikembangkan
seumur hidup dengan belajar.
Kecerdasan
Emosional (EQ) tumbuh seiring pertumbuhan seseorang sejak lahir hingga
meninggal dunia. Pertumbuhan EQ dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga, dan
contoh-contoh yang didapat seseorang sejak lahir dari orang tuanya. Kecerdasan
Emosi menyangkut banyak aspek penting, yang agaknya semakin sulit didapatkan
pada manusia modern, yaitu:
- empati (memahami orang lain secara mendalam)
- mengungkapkan dan memahami perasaan
- mengendalikan amarah
- kemandirian
- kemampuan menyesuaikan diri
- disukai
- kemampuan memecahkan masalah antar pribadi ketekunan
- kesetiakawanan
- keramahan
- sikap hormat
Orang tua
adalah seseorang yang pertama kali harus mengajarkan kecerdasan emosi kepada
anaknya dengan memberikan teladan dan contoh yang baik. Agar anak memiliki
kecerdasan emosi yang tinggi, orang tua harus mengajar anaknya untuk :
- membina hubungan persahabatan yang hangat dan harmonis
- bekerja dalam kelompok secara harmonis
- berbicara dan mendengarkan secara efektif
- mencapai prestasi yang lebih tinggi sesuai aturan yang ada (sportif)
- mengatasi masalah dengan teman yang nakal
- berempati pada sesama
- memecahkan masalah
- mengatasi konflik
- membangkitkan rasa humor
- memotivasi diri bila menghadapi saat-saat yang sulit
- menghadapi situasi yang sulit dengan percaya diri
- menjalin keakraban
Jika
seseorang memiliki IQ yang tinggi, ditambah dengan EQ yang tinggi pula, orang
tersebut akan lebih mampu menguasai keadaan, dan merebut setiap peluang yang
ada tanpa membuat masalah yang baru.
- Hal-hal yang perlu diterapkan dalam usaha mendisiplinkan anak :
- Mulailah dari hal-hal yang kecil dulu, kemudian secara bertahap ke tingkat selanjutnya.
- Awal dari disiplin adalah komunikasi yang baik dan sederhana.
- Konsisten pada aturan disiplin yang telah dibuat.
- Konsisten antara ayah-ibu supaya tidak menimbulkan kebingungan pada anak. Buatlah kesepakatan tentang peraturan yang harus dijalankan di rumah.
- Terapkan pemberian reward dan punishment (hukuman).
- Pemberian perintah dan aturan yang disertai dengan penjelasan mengapa harus begini, mengapa harus begitu.
- Mendampingi anak mengerjakan apa yang diperintahkan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, misalnya pada saat anak disuruh membereskan mainannya.
- Teknik disiplin yang digunakan, sebaiknya memakai dialog yang penuh kasih sayang dan kehangatan.
- Bahasa yang digunakan sebaiknya yang sederhana saja, apalagi si anak masih tergolong balita. Gunakan juga bahasa anak ( berdasarkan pada pola pikir animisme anak ) . Dengan demikian si anak akan lebih bisa menerimanya.
- Aturan disiplin dibuat sedemikian rupa sehingga bahaya dari luar / sisi negatifnya bisa diminimalkan.
- Perhatikan usia anak. Aturan disiplin akan berbeda-beda pada tiap tingkatan tahap perkembangan. Bila masih kecil (baru 1-2 tahun), kesabaran sangatlah mutlak karena mereka cenderung egosentris. Jadi, maklumlah.
- Hormati perasaan anak dan hargai juga waktunya.
- Berikan pilihan / alternatif.
- Kerahasiaan aturan disiplin supaya tidak menjatuhkan harga diri si anak.
- Peringatkan lebih awal tentang apa-apa yang harus dilakukannya supaya ia bisa bersiap-siap untuk aturan tersebut.
- Berikan perintah dengan tegas dan lebih spesifik.
- Tekankan pada hal-hal positif.
- Ketidaksetujuan baiknya ditujukan pada perilaku si anak, bukan si anak itu sendiri.
- Berikan contoh / teladan yang baik karena anak-anak bisa meniru perilaku orang tuanya. Dengan demikian, oang tua bukan hanya sebagai penegak aturan tetapi juga pelaksana aturan.
- Sertakan rasa humor.
Hal-hal yang harus
dihindari dalam usaha mendisiplinkan anak :
- Terlalu sering memberi ancaman (lebih-lebih pada anak yang pandai) karena ia malah akan balik menantang.
- Mendisiplinkan anak dalam keadaan emosi.
- Aturan disiplin yang memaksa, otoriter, keras dan sangat ketat.
- Selalu mengatakan, “Aku ingin …” ( bagi orang tua ).
- Orang tua itu sendiri tidak disiplin, sehingga si anak pun menirunya.
Aturan-aturan yang penting saat memberikan
reward kepada anak :
- Hadiah diberikan dengan tujuan tertentu, sebagai dorongan pada anak untuk tetap mempertahankan tingkah laku atau prestasinya yang baik.
- Bila tujuannya ingin mengubah tingkah laku anak sebaiknya jangan memberikan hadiah barang, kecuali untuk pertama kali dalam jangka waktu yang panjang, misalnya saat anak masuk sekolah, belikan tas atau buku.
- Bila anak sudah terlanjur menyukai hadiah barang, ubahlah dengan sikap yang sabar, ulet, dan konsisten. Perubahan ke hadiah non-barang pun harus dilakukan secara bertahap dan jangan memaksa.
- Kekompakan antara ayah dan ibu dalam memberikan reward.
- Bila akan memberikan hadiah non-barang, lakukan dengan sungguh-sungguh, dalma arti ungkapan kasih sayang, seperti pelukan atau ciuman diberi dengan tulus.
- Konsisten dalam memberi hadiah non-barang.
- Hadiah non-barang harus proporsional, efisien, dan tepat waktu.
- Adakan evaluasi seusai hadiah diberikan, apakah ada penguatan perilaku pada anak.
- Reward jangan diberikan secara berlebih-lebihan.
- Reward baiknya berujung pada reinforcement positif.
Aturan-aturan yang
penting saat memberikan hukuman kepada anak :
- Jangan berikan pada anak yang masih tergolong balita karena mereka belum mengerti alasan mengapa mereka dihukum, akibatnya mereka bisa menjadi frustasi.
- Hukuman harus bersifat mendidik.
- Informasikan terlebih dahulu akan adanya sanksi tertentu dari perilakunya yang tidak menyenangkan orang tuanya.
- Adakan evaluasi seusai hukuman diberikan, apakah ada perubahan kesadaran dalam diri si anak.
- Jangan lakukan hukuman di bawah pengaruh emosi yang tak terkontrol.
- Hindarkan hukuman fisik.
- Berikan hukuman dengan tegas. Bila anak merengek jangan langsung lemah hati dan nyerah.
- Perhatikan korelasi antara hukuman dengan perilaku.
- Hukuman badan hanyalah dipandang sebagai jalan terakhir.
Beberapa fakta mengapa hadiah barang bisa
menjadi tidak efektif :
- Anak menjadi materialistis.
- Anak menjadi konsumtif.
- Orang tua bisa tekor.
- Anak bersikap baik bukan karena kesadaran diri, tetapi karena keinginan untuk mendapatkan barang tersebut.
Beberapa fakta mengapa hukuman badan bisa menjadi
tidak efektif :
- Anak menjadi frustasi.
- Anak bisa menjadi resisten (kebal) terhadap hukuman tersebut.
- Anak cenderung membiarkan dirinya dihukum daripada melakukan perbuatan yang diharapkan kepadanya.
- Anak cenderung melampiaskan kekesalannya pada hukuman tersebut dengan memukul anak lain.
- Menimbulkan dampak psikologis jangka panjang, di mana rasa marah, sakit hati dan jengkel akan dipendam selamanya oleh si anak.
- Akan terbentuk rasa ketidakberdayaan (sense of helplesness)
- Anak tidak akan belajar apapun dari hukuman badan.
Baik reward maupun hukuman, janganlah asal-asal
diberikan, melainkan harus mapu membangun / mengukuhkan konsep diri di
individu. Waktu diberikannya reward atau hukuman pun harus langsung pada
saat perilaku yang diinginkan / tidak diinginkan itu terjadi. Jangan menundanya
terlalu lama.
Banyak
cara menilai kepribadian seseorang. Bila kamu masih dalam tahap
"PeDeKaTe", ada baiknya mengetahui apa makanan kesukaan calon pacar.
Dari situ, kamu bisa mengetahui bagaimana sifat dia yang sesungguhnya.
Berdasarkan
survei yang dilakukan Baxters terhadap orang Inggris dan Skotlandia, belum lama
ini, diketahui bahwa orang yang gemar makan wortel umumnya memiliki sifat
pengasih dan berpikiran luas. Sayang, orang yang suka mengkonsumsi sayuran
jenis ini, kemudian juga diketahui memiliki sikap ekstrovert dan bergaya bossy.
Bila dia
gemar sekali memakan ayam goreng, ayam kuah opor dan berbagai masakan dari
ayam, maka dia adalah tipe orang yang selalu bersikap realistis dan apa adanya.
Dia cenderung berpikir logis dan jarang melibatkan perasaan dalam melihat suatu
perkara.
Anda
boleh merasa senang bila dia ternyata gemar sekali makan jamur, apapun
jenisnya. Orang macam ini, kata survei itu, tergolong memiliki tingkat
kesetiaan yang tinggi. Buktinya, 92% orang Inggris dan Skotlandia yang hoobi
mengkonsumsi jamur memang terbukti setia.
Apabila
dia gemar sekali makan mie, instant maupun olahan, terutama mie rasa ayam, maka
dia termasuk orang yang independen. Bisa jadi demikian, faktanya, sebagian
besar anak kost, terutama mahasiswa, ternyata doyan makan mie. Orang
yang suka makan minestrone, sejenis sup yang disertai mie kecil-kecil,
katanya sangat perfeksionis.
Sedangkan orang yang suka
sekali akan tomat, katanya mempunyai sifat pemberani dan semangat tinggi. Namun
sebagian lagi berpendapat bahwa orang yang gemar makan sup tomat ternyata mudah
tergoda rayuan. Coba ingat-ingat, dia suka makan apa, ya
Secara
sederhana, asertif adalah suatu ciri kepribadian interpersonal di mana orang
yang memilikinya mampu menyatakan pendapatnya, idenya, kekritisannya,
perasaannya dengan cara-cara yang tidak menyakiti hati orang lain. Untuk lebih
jelasnya, berikut ini disajikan perbedaan antara perilaku yang agresif, asertif
dan non asertif.
Agresi berarti
Anda :
- Mempertahankan hak Anda sendiri sehingga melanggar hak-hak orang lain.
- Mengabaikan dan menolak kepercayaan, opini, perasaan, keinginan, emosi, sikap, data, informasi atau keterlibatan dari orang lain.
- Mengekspresikan atau menuntut perhatian terhadap pendapat, kebutuhan atau perasaan Anda dengan cara yang tidak tepat.
Asertif
berarti Anda :
- Mempertahankan hak sendiri akan tetapi tidak sampai mengabaikan atau mengancam hak orang lain.
- Melibatkan perasaan dan kepercayaan orang lain sebagai bagian dari interaksi dengan mereka.
- Mengekspresikan perasaan dan kepercayaan sendiri dengan cara yang terbuka, langsung, jujur dan tepat.
Non asertif berarti Anda :
- Mengabaikan hak diri sendiri, gagal untuk mempertahankan diri sendiri, dan membiarkan orang lain mengabaikan hak diri sendiri.
- Memaafkan atau `memadamkan` ide, perasaan, sikap, kepercayaan atau informasi diri sendiri.
- Menghindar dari pengekspresian perasaan atau kebutuhan diri sendiri pada situasi di mana Anda justru diharapkan untuk itu.
Asertif
yang efektif melibatkan apa yang disebut sebagai ‘I messages’ yaitu Anda sendirilah yang harus bertanggung jawab
terhadap perasaan Anda – Anda menyatakan reaksi Anda daripada apa yang
dilakukan orang lain. Misalnya: daripada berkata, ‘Berani sekali Anda memotong
pembicaraan saya...’, seorang yang asertif akan berkata, ‘Saya merasa terganggu
bila Anda memotong pembicaraan saya...’
Konsekuensi
positif:
- Membuat Anda lebih mudah memberi dan menerima pujian. Hak Anda dihargai karena Anda juga menghargai hak orang lain.
- Dapat menghindarkan diri dari orang yang menginginkan pertolongan yang tidak masuk akal dari Anda.
- Dapat mengatasi gangguan yang kecil dan mencegahnya untuk menjadi konflik.
- Menjadi seseorang yang independen yang berperan dalam perasan, waktu dan akal Anda sendiri.
- Menjadi diri sendiri, percaya dalam menghadapi orang lain.
Konsekuensi
negatif:
- Kehidupan seseorang yang asertif tidak selalu berjalan mulus.
- Seringkali dipandang sebagai orang yang kasar atau kurang sopan.
- Bagaimana kita menyuarakan pendapat kita dapat dianggap mendorong orang lain untuk melakukan sesuatu.